Sumpah! judul tulisan di atas bukanlah sarkasme sebab frustasi
akibat terjebak dalam antrian BBM yang meng-ular di SPBU belakangan
hari ini, namun hal ini benar-benar dilakukan oleh Nurul Inayah dan
Nando Novia. Dua orang siswa kelas dua SMAN 10 Malang, Jawa Timur
berhasil menjadikan air kencing (urine) sebagai alternatif energi
pengganti BBM.
Antri BBM
Berawal dari sistem pengolahan limbah di
lingkungan asrama mereka yang tidak baik akhirnya memaksa mereka untuk
menemukan solusi agar kondisi tersebut dapat diperbaiki. Urine yang
identik dengan aromanya yang tidak sedap serta hampir tidak memiliki
manfaat akhirnya mencuri perhatian dua pelajar ini untuk melakukan
riset. Berbekal beberapa literatur mengenai air penelitian pun dimulai.
Mereka pun membandingkan antara penggunaan air dan urine, yang akhirnya
disimpulkan bahwa penggunaan urine lebih efisien untuk menghasilkan
energi listrik karena urine hanya membutuhkan satu daya 0,37 volt
sementara air membutuhkan 1,2 volt.
Kegigihan dan kerja keras mereka akhirnya
berbuah manis. Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa energi
matahari dan urine dapat menghasilkan energi listrik. Penelitian ini
akhirnya mereka boyong dalam sebuah perlombaan ilmiah di Universitas
Indonesia. Dari sana justru mereka direkomendasikan untuk mengikuti
International Young Inventors Project Olympiade di Georgia.
Nando dan Nurul
Kepercayaan tersebut tidak mereka
sia-siakan. Pengujian yang berkali-kali guna mencapai hasil yang lebih
maksimal serta meminimalisir kesalahan pun mereka lakukan. April 2012
mereka akhirnya mengikuti lomba teknologi International Young Inventors
Project Olympiade (IYIPO) di Tbilisi, Georgia. Menjadi duta Indonesia
untuk berkompetisi dengan 40 negara yang terdiri dari 101 peserta
tentunya bukanlah perkara mudah. Namun hal ini tidak menciutkan mental
mereka.
Penelitian anak muda Indonesia dengan mengubah energi matahari dan urine menjadi energi listrik melalui Photo Electro System
telah memukau para tim juri penilai. Satu liter urine mampu
menghasilkan energi sebesar 6 volt yang jika digunakan untuk mobil radio
kontrol, maka dapat menempuh 17 km dengan kecepatan rata-rata 60 sampai
80 km per jam. Fakta ini tak mampu membuat juri berkilah hingga
akhirnya menobatkan mereka sebagai peraih emas dalam ajang internasional
tersebut. Prestasi ini tentu menjadi bukti kepada dunia bahwa Indonesia
memiliki generasi muda yang mampu melakukan inovasi.
Lebih detail mengenai penelitiannya ini
Nurul dan Nando menyatakan bahwa proses elektrolisasi dari satu liter
urine memerlukan waktu sekitar 1,5 menit. Urine yang digunakan bukanlah
urine setiap orang (general). Kriteria urine yang dapat digunakan adalah
urine manusia yang sehat karena urine yang memiliki kadar glukosa atau
zat kimia lainnya ternyata dapat menghambat proses elektrolisasi.
Teknologi ini berawal dari penangkapan
sinar matahari oleh panel surya untuk kemudian secara konstan diubah
menjadi energi listrik dan disimpan dalam baterai lithium. Menggunakan
alat elektrolizer, energi listrik sebesar 75 persen untuk mesin
penggerak roda. Sisanya 25% energi baterai digunakan untuk sumber tenaga
dalam proses elektrolisa urine manusia yang berfungsi untuk memisahkan
hidrogen dan nitrogen. Selanjutnya gas hidrogen dialirkan ke fuel cell
(sel bahan bakar). Terjadinya reaksi penggabungan antara hidrogen dan
oksigen itu menghasilkan listrik. “Listrik dialirkan ke proton exchange
membrane fuel cell untuk mengikat proton. Sehingga hanya elektron saja
yang disimpan dalam baterai dan menjadi listrik untuk penggerak motor.
Teknologi ini bekerja secara simultan, sehingga tenaga listrik dapat digunakan baik di siang hari maupun di malam hari.
Mereka ingin teknologi ini dapat
dimanfaatkan secara aktual dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu mereka
berharap pemerintah atau instansi lainnya dapat mensponsori penelitian
mereka ini untuk menghasilkan mobil yang digerakkan dengan tenaga
listrik. Mobil tersebut menerapkan alat dengan cara solar cell yang
dipasangkan di atap mobil. Sedangkan elektrolizer dan fuel cell
dibenamkan di chasis mobil bagian depan sebagai pengganti mesin.
Untuk mengembangkan inovasi ini terhadap
mobil berbahan listrik tersebut, Nando memperkirakan akan menelan biaya
sebesar Rp50 juta. Biaya tersebut jauh lebih murah jika dibandingkan
dengan mobil hybrid seharga Rp215 juta,”
Tambang energi terbarukan
Semoga cita-cita mereka dapat
terealisasi sehingga kelangkaan BBM dan pencemaran lingkungan dapat
diminimalisir. Jika Mobil berbahan bakar Urine terwujud, maka urine
tidak lagi menjadi limbah, melainkan menjadi sesuatu yang memiliki nilai
ekonomis.
Source : DreamIndonesia