Rabu, 25 April 2012

Dari Dapur Turun Ke Perahu, Konverter Kit Gas LPG 3 Kg

Jauh sebelum pemerintah mencanangkan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, para nelayan kecil di pesisir Kabupaten Kubu Raya telah melakukan konversi BBM dengan mengganti bahan bakar perahu motor mereka dengan gas LPG 3kg.  Dengan fasilitasi dari Lembaga Energi Hijau, tabung gas yang biasanya dipergunakan untuk kompor di dapur telah dikreasikan untuk digunakan sebagai pengganti bensin pada perahu motor mereka.  Inovasi yang dilakukan berbuah hemat.  1 Tabung LPG 3 kg ternyata setara dengan 8 bensin liter.  Dari sisi harga, mereka dapat menghemat BBM hingga 4 kali lipat. Tak salah jika mereka berseloroh, “…… dari dapur turun ke perahu.....”




Jumat, 20 April 2012

Bioethanol Nipah untuk BBM dari Bengkalis

Hasil produksi energi alternatif pengolahan Nira Nipah atau disebut Bioethanol terus dilakukan sosialisasi bahkan ujicoba Selasa (17/4/12) terhadap kendaraan bermotor. 

Bupati Bengkalis Herliyan Saleh langsung melakukan pemakaian terhadap bahan bakar tersebut ke kendaraan dinasnya. Tidak hanya Bupati, Wakil Bupati Bengkalis Suayatno, Sekretaris Daerah Asmaran Hasan juga langsung menggunakan energi dari bahan baku dari Nira Nipah ini ke kendaraan dinas masing-masing. 

Bahkan, ujicoba pemakaian bahan bakar alami ini, juga diberikan secara cuma-cuma kepada sejumlah tukang becak motor dan kendaraan bermotor lainnya. Bahan bakar alternatif bukan berasal dari biofosil yang sudah dikembangkan sejak tiga tahun terakhir oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis tersebut, selain menghasilkan bahan bakar alternatif berupa sejenis Pertamax, Premium, Minyak Tanah, juga dihasilkan pupuk yang alami. 

 Kesempatan ini, Bupati Bengkalis Herliyan Saleh saat diwawancarai wartawan mengatakan, Kabupaten Bengkalis terdiri dari wilayah pesisir dan air yang payau menjadi wadah sangat mudah pertumbuhan Nipah. Sehingga, untuk menghasilkan bahan baku energi alternatif Bioethanol dari Nira Nipah sangat potensial.

 “Kita melihat potensi itu karena Kabupaten Bengkalis terdiri pulau pesisir dan tempat tumbuhnya pohon Nipah sehingga memenuhi bahan bakunya, ini latar belakang kita,” ujarnya. Hasil pengolahan pohon Nipah diambil Nira-nya sebagai bahan baku, Pemkab Bengkalis melalui Badan Penelitian Pembangunan dan Statistik (Balitbang), dikatakan Herliyan melakukan upaya mengolah Nira Nipah menjadi bahan bakar alternatif bisa diproduksi sebagai energi terbarukan atau sebagai energi alternatif seperti bioetanol tersebut.

 “Alhamdulilah kita didukung penuh dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) dan dibantu dua unit miniplan yang kita tempatkan di Desa Lubukmuda Kecamatan Siak Kecil dan Desa Pambang Kecamatan Bantan,” katanya lagi. Sambung Herliyan, meskipun keberhasilan memproduksi energi alternatif dari pohon Nipah ini bukan hasil penemuan, tetapi akan terus disosialisasikan kepada masyarakat. Pemkab Bengkalis memberikan proporsional lebih besar terhadap produksi energi alternatif biokrosin atau sejenis minyak tanah dari pada bahan bakar sejenis Premium atau Pertamax. 

“Proporsionalnya akan lebih kita produksi terhadap energi alternatif sejenis minyak tanah. Biaya produksi juga lebih rendah dari Rp 7 ribu. Saat ini masyarakat di pelosok pelosok desa sangat sulit mendapatkan minyak tanah untuk kebutuhan seperti penerangan atau memasak. Energi alternatif ini, kita akan prioritaskan kepada masyarakat rumah tangga miskin,” ujarnya. 

 Herliyan berharap, dengan keberhasilan memproduksi energi alternatif ini, memperoleh dukungan dari seluruh komponen masyarakat. Saat ini miniplan yang dikelola untuk menghasilkan Bioethanol baru mampu sebanyak 200 liter perhari dan memerlukan bahan baku Nira Nipah sebanyak 1.000 liter. 

 “Kita berharap miniplan ini dikembangkan terus kalau bisa ya 1.000 liter perhari. Dan ini akan membantu masyarakat miskin kita. Itu yang kita utamakan. Pengolahan Nira ini hemat biaya untuk menghasilkan energi alternatif siap pakai. Kemudian ini bisa didukung oleh semua pihak demi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Apalagi, untuk kompor memasak, api yang dihasilkan juga tidak kalah dari bahan bakar gas, apinya juga biru,” pintanya. 

Kabarnya kualitas bioethanol dari air gula pohon nipah ini lebih bagus kualitasnya dibandingkan bahan bakar premium bahkan pertamax. 

 Narasumber : Riauterkini.com