Laman

Senin, 18 Maret 2013

Pak Aci, Penjaga Pohon Tengkawang Yang Terlewatkan


Pak Aci dan Bibit Tengkawang
Sosok seperti pak Aci sungguh langka. Kakek yang lahir 80-an tahun silam ini masih terlihat sehat dan bersemangat, terlebih bila diajak bicara tentang pohon tengkawang bicaranya pun menjadi berapi-api. Di pedalaman Kalimantan Barat yang hutannya kini hampir sekarat dibabat para pemegang HPH dan maraknya konversi hutan menjadi areal perkebunan sawit, rasanya sulit menjumpai orang yang bertekat mempertahankan lahan hutan hingga hingga akhir hayatnya. Apalagi hutan yang dipertahankan adalah lahan yang ditumbuhi pohon tengkawang (shorea spp.).  Perlu diketahui, pohon tengkawang adalah pohon khas kalimantan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, buahnya menghasilkan minyak tengkawang dan batang pohonnya memiliki kayu berkualitas. Di dunia industri, minyak tengkawang digunakan sebagai bahan pengganti lemak coklat, bahan farmasi dan kosmetika. Meskipun buah tengkawang memiliki harga jual, namun tengkawang tidak berbuah setiap tahun sehingga banyak yang tergiur menebang pohon tengkawang untuk dijadikan papan maupun balok kayu  atau dijual kepada pihak lain.
Pohon Tenngkawang dapat menjulang hingga 30 m

Tengkawang dapat tumbuh hingga tinggi 30 meter dengan garis tengah 2 meter.

Biji Tengkawang menghasilkan minyak
Buah Tengkawang
Tidak kurang dari 700 batang pohon tengkawang yang tumbuh di puluhan hektare lahan yang mengelilingi pemukiman pak Aci di Dusun Nuak, Desa Rirang Jati, Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Kecintaan pak Aci terhadap pohon tengkawang telah dimulai sejak lama. Sebagian besar pohon tengkawang  ditanamnya sendiri, sebagian yang lainnya diperoleh dengan membeli dan warisan orangtuanya.  Cukup sederhana alasan pak Aci tidak mau menebang sebatangpun pohon tengkawang miliknya. Ia khawatir kampungnya suatu saat akan dilanda banjir jika hutan-hutan yang ada ditebang.  Maklum saja kampungnya terletak di tepian Sungai Nanga Taman yang di kiri-kanan sungai ditumbuhi pohon tengkawang milik pak Aci. Jauh sebelum orang-orang mengkampanyekan tentang pelestarian hutan, tanpa mengetahui bahwa pohon tengkawang telah dilindungi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 7 tahun 1999 tenyata pak Aci sudah melaksanakannya tanpa gembar-gembor. Sepertinya pak Aci layak dinobatkan sebagai penjaga pohon Tengkawang yang terlewatkan, sebab tak banyak yang mewartakan sepak terjang pak Aci kepada dunia luar.

Hutan dibabat (ilustrasi)
Kini ditengah gempuran perluasan perkebunan sawit yang serakah serta tuntutan ekonomi yang semakin menghimpit, rasanya semangat dan tekad bulat dari pak Aci untuk melestarikan hutan tengkawang patut kita apresiasi. Jangan coba-coba menebang pohon tengkawangnya, "Saya juga akan menebang tubuh orang tersebut," demikian pak Aci berkata dengan mimik serius di rumahnya yang bersahaja.   Bahkan anak-anaknya saja jika hendak memerlukan kayu untuk membangun rumah harus membeli ke tempat lain ketimbang diizinkan menebang pohon tengkawang milik ayah mereka sendiri walau hanya 1 batang. Luar biasa!

Entah apa yang akan terjadi dengan hutan Tengkawangnya jika pak Aci telah tiada kelak...