Senin, 25 November 2013

Sunsong yang Rindu Menyongsong Listrik

Sebagai salah satu desa 'berdaulat' di pedalaman Kalimantan Barat, sangat wajar jika Desa Sunsong juga ingin disejajarkan dengan desa-desa lain terutama dalam mendapatkan akses listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).  Namun apa daya, letak desa yang sangat jauh dari Ibukota Kecamatan plus akses jalan yang hanya bisa diarungi menggunakan kendaraan roda dua membuat harapan desa mereka dialiri listrik PLN sepertinya sulit terwujud, bahkan dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan.

Sebenarnya Desa Sunsong 'hanya' berjarak 30 km dari ibukota kecamatan, tetapi medan jalan tanah yang berlumpur serta berbukitan menyebabkan perjalanan ke desa tersebut harus ditempuh dalam waktu lebih dari 3 (tiga) jam.  Hal ini yang mungkin menjadi salah satu sebab mengapa PLN belum mengalirkan kabel listriknya ke Sunsong.

Desa Sunsong yang merupakan kediaman penduduk asli Kalimantan subsuku Dayak Taman, terletak di sisi timur paling jauh Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau - Kalimantan Barat.  Dengan dukungan dari Dusun Sunsong, Dusun Saka Tiga dan Dusun Bungkong, maka Desa Sunsong memiliki 275 KK yang begitu merindukan listrik hadir di tengah mereka. Selama ini hanya sedikit dari mereka yang mampu mengandalkan listrik dari genset tenaga diesel berbahan bakar solar, sisanya terpaksa membiarkan rumah mereka diselimuti kegelapan setiap malamnya.

Padahal Penduduk Sunsong memiliki potensi yang besar untuk menjadi Desa mandiri energi. Adalah air terjun Riam Moran yang terletak di samping desa mereka ternyata memiliki energi kinetik yang besar sehingga mampu menggerakkan dinamo listrik dan memenuhi kebutuhan listrik penduduk Desa.  Hal ini terungkap ketika Aban selaku Kepala Desa Sunsong atas inisiasi dari Koperasi Serba Usaha 'Ankara' mengundang Lembaga Enegi Hijau untuk melakukan study kelayakan di lokasi tersebut.



Dengan tinggi terjun sekitar 42 meter serta debit air yang memadai bahkan pada musim kemarau, maka air terjun Riam Moran sangat potensial untuk dijadikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).  Dengan estimasi kebutuhan total listrik yang dibutuhkan oleh penduduk desa adalah 67 ribu watt, maka Riam Moran diperhitungkan mampu menggerakkan dinamo sebesar 100 ribu watt. Hal ini tentunya menumbuhkan harapan yang sangat besar bagi penduduk Desa Sunsong agar listrik segera menerangi desa mereka.


Dalam sebuah pertemuan di desa, seluruh perserta yang hadir bersepakat untuk membangun PLTMH secara swadaya.  Namun kemampuan swadaya mereka hanya terbatas pada penyediaan material lokal seperti batu, pasir, kayu dan tenaga saja.  Estimasi biaya yang besar dalam membangun PLTMH, terutama untuk membeli kabel listrik, turbin dan dinamo serta semen untuk bendungan intake memaksa meredam keinginan mereka. Penduduk desa hanya bisa mempercayakan kepada Kepala Desa, Pengurus Koperasi termasuk Lembaga Energi Hijau untuk mengupayakan pendanaan PLTMH tersebut kepada pemerintah ataupun pihak lain yang bersedia, dengan memandang bahwa pembangunan PLTMH di desa yang terpencil selain turut menyukseskan program pemerintah akan pemanfaatan energi baru yang terbarukan, juga merupakan pintu masuk bagi upaya-upaya pelestarian lingkungan dan keaneka ragaman hayati.  Sebab sejak pertemuan di desa pada malam itu, sudah terpateri di benak penduduk desa bahwa hanya hutan yang lestarilah yang mampu memberikan air yang berlimpah kepada mereka.

Semoga kelak PLTMH akan segera terbangun di desa Sunsong dimana penduduknya sangat rindu menyonsong datangnya listrik di desa mereka.  Imbalan dari semua itu adalah peningkatan kualitas hidup dan ekonomi penduduk desa serta tidak kalah penting adalah kawasan hutan yang terjaga dari upaya-upaya penebangan liar dan pembukaan hutan membabi buta.  Semoga!