Penduduk Desa Lubuk Tajau segera
menggelar syukuran atas menyalanya lampu bertenaga air yang populer disebut
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Banyak dari mereka masih kurang percaya bahwa jerih payah keringat dan uang
yang mereka ‘investasikan’ selama ini berbuah nyata. Ya! Keberhasilan pembangunan PLTMH sangat bergantung pada swadaya yang mereka berikan berupa material lokal, tenaga dan uang. Sudah dua malam ini desa
mereka terang sepanjang malam. Hal yang
sebelumnya tidak pernah terjadi bahkan sejak Indonesia merdeka. Euforia
kegembiraan masih kental terasa siang itu di bendungan intake PLTMH yang telah mereka
bangun sendiri. Puluhan lemang dihidangkan.
Lemang adalah penganan khas dari ketan dicampur santan yang dibakar di
dalam tabung bambu. Ayam bakar dan telur rebus menemaninya. Tentu tak lengkap
tanpa tuak yang edarkan untuk diteguk secara bersama-sama.
Membakar lemang
Lemang dan lauk-pauk tanda syukur
Wajar jika penduduk desa
menumpahkan kegembiraan mereka. Mengingat sejak awal program Kampung Energi
yang di fasilitasi oleh Lembaga Energi Hijau mendapat tantangan dari sebagian
mereka yang lebih menginginkan PLN hadir di sini. Baca : Pilih PLN atau PLTMH?. Ternyata pilihan mereka terhadap PLTMH
akhirnya tepat jika melihat kenyataan bahwa hingga sekarangpun tidak ada
kepastian dari berbagai pihak mengenai masuknya perusahan listrik negara
tersebut di desa - entah sampai kapan.
Lubuk Tajau yang kini telah mandiri
energi listrik merupakan salah satu dari ribuan pemukiman terpencil di
Kalimantan Barat yang masih belum memiliki akses listrik negara. Memilih PLTMH sebagai alternatif energi
listrik harus mendapatkan prioritas dan dukungan dari semua pihak. Apalagi jika dampak yang ditimbulkan oleh
sebuah pembangunan PLTMH sangat menyentuh sendi-sendi kehidupan bermasyarakat
di perdesaan. Baca : Kearifan Lokal Menuju Kemandirian Energi.
Menyalakan listrik menggunakan turbin air
Sekarang menjadi tugas seluruh
penduduk desa untuk memastikan bahwa PLTMH yang telah berhasil dibangun mampu
lestari beroperasi dan mendatangkan manfaat bagi mereka. Lestarinya PLTMH tentu
bertumpu pada lestarinya air sebagai ‘bahan bakar’ utama penggerak generator 50
kV yang mereka miliki. Lestarinya air tidak terpisahkan dari lestarinya kawasan
hutan sebagai pundi-pundi penyimpanan air di sepanjang musim. Sehingga slogan
sederhana yang berbunyi ‘Hutan Hilang –
Air Pergi, Air Pergi – Listrik Mati’ akan dijadikan landasan dan tanpa disadari
mereka telah menjadi relawan di barisan terdepan dalam upaya-upaya pelestarian
hutan dan lingkungan. Selamat menikmati malam-malam
yang terang bagi seluruh penduduk desa Lubuk Tajau. Semoga kehadiran PLTMH dapat lebih
mensejahterakan dan membawa banyak harapan bagi semua pihak dan negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar