Sesuai dengan namanya, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro, maka
air merupakan elemen penting dalam menjaga PLTMH itu tetap beroperasi.
Dengan kata lain, air lah yang menjadi sumber utama untuk menciptakan
aliran listrik dari pembangkit itu.
Sukses menyalakan aliran listrik bukanlah tujuan akhir pembangunan PLTMH Nuak. Tujuan akhirnya adalah bagaimana aliran listrik itu bisa terus menyala sepanjang waktu. |
Seperti diketahui, PLTMH Nuak digerakkan oleh air Sungai Nuak. Sungai
yang memiliki lebar sekitar 12 meter itu dibendung dan air dari
bendungannya digunakan untuk memutar turbin yang selanjutnya
dikonversikan menjadi aliran listrik dengan menggunakan turbin.
Pentingnya keberadaan air itu mengharuskan masyarakat untuk tetap
menjaga agar air di Sungai Nuak tetap ada dan mengalir. Keberadaan air
itu tentu saja berhubungan dengan masalah lingkungan di pehuluan Sungai
Nuak.
Sungai Nuak sendiri memiliki panjang hingga puluhan kilometer. Daerah
resapan sungainya menyebar hingga ke kawasan pengunungan yang termasuk
dalam kawasan hutan lindung Gunung Naning. Saat ini, kawasan hutan
lindung itu masih cukup asri. Tak heran jika sepanjang apa pun kemarau,
air di Sungai Nuak masih tetap ada.
Untuk menjaga air itu tetap ada, pihak pengelola PLTMH Nuak pun
menggandeng sebuah NGO yang berafiliasi dengan masalah lingkungan. NGO
dimaksud adalah Lembaga Enegri Hijau (LEH). Pihak LEH ini lah yang
selalu mondar mandir ke Nuak untuk memastikan keasrian kawasan hutan di
Nuak, terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) Nuak.
"Tugas kita adalah memberikan pengertian kepada masyarakat Nuak untuk
tidak melakukan perambahan hutan di DAS Nuak," kata Abang Amirullah,
Ketua Lembaga Energi Hijau Wilayah Kalbar kepada Rakyat Kalbar di Nuak,
Jumat (21/8).
Menjaga kelestarian DAS Nuak memang bukan pekerjaan yang mudah.
Masyakat di pedalaman, termasuk di kawasan Nuak yang umumnya bekerja di
sektor pertanian sering mengandalkan sistem pertanian tradisional ladang
berpindah.
Kawasan DAS Nuak yang masih terbilang asri, tentu menjadi daya tarik
tersendiri bagi sebagian petani ladang berpindah untuk membuka ladang.
Maklum, keasrian hutan yang dibuka untuk areal ladang dengan cara
dibakar merupakan salah satu jaminan bahwa ladang akan subur.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Lembaga Engeri Hijau.
Mereka harus melakukan pendekatan kepada masyarakat agar tidak ada yang
berladang di DAS Nuak karena bisa merusak hutan dan mengurangi debit air
Sungai Nuak.
"Karenanya, kita harus melakukan pendekatan persuasif kepada
masyarakat. Menjaga hutan itu penting. Prinsip yang selalu kita tanamkan
adalah 'Hutan Hilang, Air Pergi. Air Pergi, Listrik Mati'," kata Abeng,
panggilan akrab Abang Amirullah.
Dengan upaya pendekatan yag intens, hingga sekarang keasrian hutan di
kawasan DAS Nuak memang masih tetap terjaga hingga sekarang. Diharapkan
keasrian hutan disana tetap terjaga sampai kapanpun. Tak hanya soal
menjaga keasrian hutan, Lembaga Energi Hijau dibantu PNPM Kabupaten
Sekadau juga ikut membimbing pengelola untuk memanage operasional PLTMH
Nuak. Termasuk soal iuran biaya listrik yang tiap bulan dikutip dari
pelanggan.
Menurut pihak pengelola, per bulan, income PLTMH Nuak dari iuran
listrik pelanggan mencapai lebih dari Rp3 juta. Iuran itu dijadikan uang
kas yang dipergunakan untuk menunjang operasional, juga untuk membeli
peralatan mesin jika ada yang rusak.
Kesuksesan pembangunan pembangkit listrik itu kini tersebar ke
seantaro Kabupaten Sekadau. Banyak daerah yang sekarang mengajukan
pembuatan PLTMH sejenis.
Menurut Kepala Bidang Pertamabangan dan Energi Dinas PU dan
Pertambangan Kabupaten Sekadau, Drs Nur Hasibuan, ada beberapa daerah di
Kabupaten Sekadau yang juga menginginkan dibangun PLTMH. Namun karena
keuangan yang APBD terbatas, maka tidak semua daerah bisa dibangun.
"Kita bangun secara bertahap. Fokus kita adalah daerah pedalaman yang
memang belum terjangkau layanan listrik PLN," kata Hasibuan.
Sejauh ini, sedikitnya sudah ada 5 PLTMH yang dibangun di Sekadau.
Pembangunan ini merupakan upaya untuk memerangi krisis listrik di daerah
Sekadau, terutama di daerah pedalaman. PLTMH merupakan listrik murah
dengan sumber energi terbarukan, sekaligus ramah lingkungan. (Abdu Syukri, Nuak)
Sumber : rkonline.id