Sabtu, 09 Juni 2012

Masih Antri BBM? Ngapain Repot-repot, Pakai Air Kencing Saja

Sumpah! judul tulisan di atas bukanlah sarkasme sebab frustasi akibat terjebak dalam antrian BBM yang meng-ular di SPBU belakangan hari ini,  namun hal ini benar-benar dilakukan oleh  Nurul Inayah dan Nando Novia. Dua orang siswa kelas dua SMAN 10 Malang, Jawa Timur berhasil menjadikan air kencing (urine) sebagai alternatif energi pengganti BBM.

 
Antri BBM

Berawal dari sistem pengolahan limbah di lingkungan asrama mereka yang tidak baik akhirnya memaksa mereka untuk menemukan solusi agar kondisi tersebut dapat diperbaiki. Urine yang identik dengan aromanya yang tidak sedap serta hampir tidak memiliki manfaat akhirnya mencuri perhatian dua pelajar ini untuk melakukan riset. Berbekal beberapa literatur mengenai air penelitian pun dimulai. Mereka pun membandingkan antara penggunaan air dan urine, yang akhirnya disimpulkan bahwa penggunaan urine lebih efisien untuk menghasilkan energi listrik karena urine hanya membutuhkan  satu daya 0,37 volt sementara air membutuhkan 1,2 volt.

Kegigihan dan kerja keras mereka akhirnya berbuah manis. Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa energi matahari dan urine dapat menghasilkan energi listrik. Penelitian ini akhirnya mereka boyong dalam sebuah perlombaan ilmiah di Universitas Indonesia. Dari sana justru mereka direkomendasikan untuk mengikuti International Young Inventors Project Olympiade di Georgia.

 
Nando dan Nurul

Kepercayaan tersebut tidak mereka sia-siakan. Pengujian yang berkali-kali guna mencapai hasil yang lebih maksimal serta meminimalisir kesalahan pun mereka lakukan. April 2012 mereka akhirnya mengikuti lomba teknologi International Young Inventors Project Olympiade (IYIPO) di Tbilisi, Georgia. Menjadi duta Indonesia untuk berkompetisi dengan 40 negara yang terdiri dari 101 peserta tentunya bukanlah perkara mudah. Namun hal ini tidak menciutkan mental mereka.

Penelitian  anak muda Indonesia dengan mengubah energi matahari dan urine menjadi energi listrik  melalui Photo Electro System telah memukau para tim juri penilai. Satu liter urine mampu menghasilkan energi sebesar 6 volt yang jika digunakan untuk mobil radio kontrol, maka dapat menempuh 17 km dengan kecepatan rata-rata 60 sampai 80 km per jam. Fakta ini tak mampu membuat juri berkilah hingga akhirnya menobatkan mereka sebagai peraih emas dalam ajang internasional tersebut. Prestasi ini tentu menjadi bukti kepada dunia bahwa Indonesia memiliki generasi muda yang mampu melakukan inovasi.

Lebih detail mengenai penelitiannya ini Nurul dan Nando menyatakan bahwa proses elektrolisasi dari satu liter urine memerlukan waktu sekitar 1,5 menit. Urine yang digunakan bukanlah urine setiap orang (general). Kriteria urine yang dapat digunakan adalah urine manusia yang sehat karena urine yang memiliki kadar glukosa atau zat kimia lainnya ternyata dapat menghambat proses elektrolisasi.

Teknologi ini berawal dari penangkapan sinar matahari oleh panel surya untuk kemudian secara konstan diubah menjadi energi listrik dan disimpan dalam baterai lithium. Menggunakan alat elektrolizer, energi listrik sebesar 75 persen untuk mesin penggerak roda. Sisanya 25% energi baterai digunakan untuk sumber tenaga dalam proses elektrolisa urine manusia yang berfungsi untuk memisahkan hidrogen dan nitrogen. Selanjutnya gas hidrogen dialirkan ke fuel cell (sel bahan bakar). Terjadinya reaksi penggabungan antara hidrogen dan oksigen itu menghasilkan listrik. “Listrik dialirkan ke proton exchange membrane fuel cell untuk mengikat proton. Sehingga hanya elektron saja yang disimpan dalam baterai dan menjadi listrik untuk penggerak motor.

Teknologi ini bekerja secara simultan, sehingga tenaga listrik dapat digunakan baik di siang hari maupun di malam hari.

Mereka ingin teknologi ini dapat dimanfaatkan secara aktual dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu mereka berharap pemerintah atau instansi lainnya dapat mensponsori penelitian mereka ini untuk menghasilkan mobil yang digerakkan dengan tenaga listrik. Mobil tersebut menerapkan alat dengan cara solar cell yang dipasangkan di atap mobil. Sedangkan elektrolizer dan fuel cell dibenamkan di chasis mobil bagian depan sebagai pengganti mesin.

Untuk mengembangkan  inovasi ini terhadap mobil berbahan listrik tersebut, Nando memperkirakan akan menelan biaya sebesar Rp50 juta.  Biaya tersebut jauh lebih murah jika dibandingkan dengan mobil hybrid seharga Rp215 juta,”

 
Tambang energi terbarukan

Semoga cita-cita mereka dapat terealisasi sehingga kelangkaan BBM dan pencemaran lingkungan dapat diminimalisir. Jika Mobil berbahan bakar Urine terwujud, maka urine tidak lagi menjadi limbah, melainkan menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis.

Source : DreamIndonesia