Senin, 31 Agustus 2015

Hutan Hilang, Air Pergi dan Listrik Pun Mati

Sesuai dengan namanya, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro, maka air merupakan elemen penting dalam menjaga PLTMH itu tetap beroperasi. Dengan kata lain, air lah yang menjadi sumber utama untuk menciptakan aliran listrik dari pembangkit itu.

Sukses menyalakan aliran listrik bukanlah tujuan akhir pembangunan PLTMH Nuak. Tujuan akhirnya adalah bagaimana aliran listrik itu bisa terus menyala sepanjang waktu.

Seperti diketahui, PLTMH Nuak digerakkan oleh air Sungai Nuak. Sungai yang memiliki lebar sekitar 12 meter itu dibendung dan air dari bendungannya digunakan untuk memutar turbin yang selanjutnya dikonversikan menjadi aliran listrik dengan menggunakan turbin.

Pentingnya keberadaan air itu mengharuskan masyarakat untuk tetap menjaga agar air di Sungai Nuak tetap ada dan mengalir. Keberadaan air itu tentu saja berhubungan dengan masalah lingkungan di pehuluan Sungai Nuak.

Sungai Nuak sendiri memiliki panjang hingga puluhan kilometer. Daerah resapan sungainya menyebar hingga ke kawasan pengunungan yang termasuk dalam kawasan hutan lindung Gunung Naning. Saat ini, kawasan hutan lindung itu masih cukup asri. Tak heran jika sepanjang apa pun kemarau, air di Sungai Nuak masih tetap ada.

Untuk menjaga air itu tetap ada, pihak pengelola PLTMH Nuak pun menggandeng sebuah NGO yang berafiliasi dengan masalah lingkungan. NGO dimaksud adalah Lembaga Enegri Hijau (LEH). Pihak LEH ini lah yang selalu mondar mandir ke Nuak untuk memastikan keasrian kawasan hutan di Nuak, terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) Nuak.

"Tugas kita adalah memberikan pengertian kepada masyarakat Nuak untuk tidak melakukan perambahan hutan di DAS Nuak," kata Abang Amirullah, Ketua Lembaga Energi Hijau Wilayah Kalbar kepada Rakyat Kalbar di Nuak, Jumat (21/8).

Menjaga kelestarian DAS Nuak memang bukan pekerjaan yang mudah. Masyakat di pedalaman, termasuk di kawasan Nuak yang umumnya bekerja di sektor pertanian sering mengandalkan sistem pertanian tradisional ladang berpindah.

Kawasan DAS Nuak yang masih terbilang asri, tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian petani ladang berpindah untuk membuka ladang. Maklum, keasrian hutan yang dibuka untuk areal ladang dengan cara dibakar merupakan salah satu jaminan bahwa ladang akan subur.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Lembaga Engeri Hijau. Mereka harus melakukan pendekatan kepada masyarakat agar tidak ada yang berladang di DAS Nuak karena bisa merusak hutan dan mengurangi debit air Sungai Nuak.

"Karenanya, kita harus melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat. Menjaga hutan itu penting. Prinsip yang selalu kita tanamkan adalah 'Hutan Hilang, Air Pergi. Air Pergi, Listrik Mati'," kata Abeng, panggilan akrab Abang Amirullah.

Dengan upaya pendekatan yag intens, hingga sekarang keasrian hutan di kawasan DAS Nuak memang masih tetap terjaga hingga sekarang. Diharapkan keasrian hutan disana tetap terjaga sampai kapanpun. Tak hanya soal menjaga keasrian hutan, Lembaga Energi Hijau dibantu PNPM Kabupaten Sekadau juga ikut membimbing pengelola untuk memanage operasional PLTMH Nuak. Termasuk soal iuran biaya listrik yang tiap bulan dikutip dari pelanggan.

Menurut pihak pengelola, per bulan, income PLTMH Nuak dari iuran listrik pelanggan mencapai lebih dari Rp3 juta. Iuran itu dijadikan uang kas yang dipergunakan untuk menunjang operasional, juga untuk membeli peralatan mesin jika ada yang rusak.

Kesuksesan pembangunan pembangkit listrik itu kini tersebar ke seantaro Kabupaten Sekadau. Banyak daerah yang sekarang mengajukan pembuatan PLTMH sejenis.

Menurut Kepala Bidang Pertamabangan dan Energi Dinas PU dan Pertambangan Kabupaten Sekadau, Drs Nur Hasibuan, ada beberapa daerah di Kabupaten Sekadau yang juga menginginkan dibangun PLTMH. Namun karena keuangan yang APBD terbatas, maka tidak semua daerah bisa dibangun.

"Kita bangun secara bertahap. Fokus kita adalah daerah pedalaman yang memang belum terjangkau layanan listrik PLN," kata Hasibuan.

Sejauh ini, sedikitnya sudah ada 5 PLTMH yang dibangun di Sekadau. Pembangunan ini merupakan upaya untuk memerangi krisis listrik di daerah Sekadau, terutama di daerah pedalaman. PLTMH merupakan listrik murah dengan sumber energi terbarukan, sekaligus ramah lingkungan. (Abdu Syukri, Nuak)
Sumber : rkonline.id